Rabu, 08 Januari 2014

Gime Me a Reason :D



Perjalanan kali ini membawaku ke sebuah tempat yang berlokasi sekitar 9 km dari kota Arosuka ibukota kabupaten Solok, dan sekitar 40 km sebelah timur kota Padang,  dulu sering aku datangi, tapi dengan suasana yang berbeda. Gunung Talang.
Perjalanan ini  selama  5 hari 4 malam, dari tanggal 12 – 16 Desember 2013. Ini bagiku adalah pendakian galau,wkwkwkwk... mendaki karena ingin meninggalkan segala masalah di bawah sana. Pendakian kali ini aku ditemani oleh seorang teman yang hebat, hampir seluruh gunung api di Indonesia pernah didaki nya. Dan sekarang dia sedang menunggu kesempatan untuk menaiki gunung terakhir yang belum dinaikinya, Gunung Jaya Wijaya. Papua!!  Dia seorang bacpaker, filmaker, photografer yang senang adventure. Kerja nya keluar masuk hutan. Terakhir ku tahu dia menggarap film dokumenter yang berjudul orang rimba yang tak punya hutan. Dan film itu masuk kedalam nominasi Piala Maya 2013. Cek trailler nya disini.
Ini pendakian terlama untuk ku, kenapa jadi pendakian terlama? Karena untuk mencapai puncak gunung kami membutuhkan waktu 3 hari lamanya. Huahahahahahaha. “kita seloow ajaa..yang penting sampai puncak”.
Hari pertama kami camp di air panas, pagi nya lanjut masuk hutan.
 Aduuhhh maaakkk,,setelah 2 tahun tidak naik gunung, perjalanan terasa panjang,dan beban di punggung ku terasa berat sekali (pertama kali bawa beban berat :D).
Jam 5 sore kami sampai di shelter 3,aku mulai merasakan suasana hutan. Bunyi angin yang menerpa dedaunan, burung berkicau, dan suara serangga hutan lainnya.  Ku letakkan daypack di tanah begitu saja. Huuufff....bahuku terasa ringan sekali. Kuhirup udara dalam-dalam. Segar. Dan udara seperti ini tidak akan kudapatkan di perkotaan. Kami bermalam dsana, berharap dapat sunrise bagus keesokan harinya.

Keesokan harinya.
Jam 6 pagi begitu bangun kami langsung berlari menuju cadas. Aku yakin, pasti kami melewatkan sunrise!! Daaaaan...Eng iiiii eeeeeeng,,,benar saja sunrise pun terlewatkan...!!! Wakakakakakaka... Langit tertutup awan. Yah..dari pada tidak sama sekali. Temanku pun mengabadikan pagi itu dengan sahabat setianya. Kamera. Jepret!!!
 
Setelah selesai sarapan ala gunung, :p kami melanjutkan perjalanan  sedikit lagi. Hari itu hari Sabtu. Sekitar jam 1 siang kami mendirikan tenda d cadas. Dari sana aku bisa melihat luas nya dataran rendah. Aku mencari cari kota kelahiran ku, dan... aku melihat bangunan kecil seperti setengah lingkaran dengan empat buah pilar bewarna keemasan. Ituuuu...ituu Mesjid Agung!! Ya ampuunn kelihatan dari sini.
Disana ada sebuah batu besar, aku menaiki batu tersebut dan menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh alam. Aku bisa melihat danau Diatas, danau  Dibawah, serta danau Talang yang telah ku posting sebelumnya. Angin membelai wajah ku, kami duduk duduk seraya menikmati suasana sore dari puncak gunung dengan segelas kopi susu. Damaiiiii sekali... 


Ohya..sabtu itu ada pendakian masal yang dilakukan oleh Pemda dari Kab/Kota Solok. Merintis jalur pendakian baru lewat Aia Batumbuak. 80 orang pendaki melakukan pendakian hari itu. Dan besok pagi kami berencana menyusul mereka ke camp 54.

Minggu pagi kami melanjutkan perjalanan ke camp 54, pagi itu lagi2 kami kembali tidak mendapatkan sunrise yang bagus. Tidak usah diceritakan ya, karena pagi itu tidak menarik sama sekali. Lagi-lagi matahari tertutup awan.  Dan ketika di puncak kami bertemu dengan beberapa orang yang tergabung dalam kelompok pendakian bersama Kab/Kota solok yang ku ceritakan tadi. Anehnya siang itu cuaca cerah  sekali, kulayangkan pandangan ke sekeliling, puncak gunung Talang ini aku bisa melihat pantai pariaman, Gunung Marapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Gunung Sago, Gunung Kerinci, Gunung Situjuh, dan semuanya! Sejenak kami berhenti dipuncak untuk sekedar berfoto-foto, dan istirahat sejenak sebelum turun ke camp 54.

Medan yang sedikit terjal menyulitkan ku, untung beberapa batang pohon yang telah mati bisa menjadi pegangan. Disana banyak sekali bunga padi. Tumbuh tak beraturan namun indah dipandang. Aku tidak berfikir untuk segera memetik nya, dibawah pasti lebih banyak lagi. Setelah turunan yang terjal kami bertemu daerah yang landai,,berhenti sejenak untuk istirahat dan jalan lagi dengan medan yang terjal dan menanjak. Dari puncak disana pun aku melihat lokasi camp 54 berwarna warni dihiasi dum. Aku tidak sabar untuk segera sampai di camp54. Turunan semakin terjal, aku merangkak untuk turun agar safety, medan yang berbatu batu membuat ku sedikit ngeri. Beberapa kali batu batu itu terkena kaki ku dan jatuh menggelinding. 

Puas sekali ketika kaki ku mencapai dataran camp 54. Disana sangat luas sekali teman, sangaaaaaaaat luas sekali. Dan disana kuperkirakan dapat menampung sekitar 200 dum. Aku dan Genta berlari menuju sumber air,dan langsung meneguk air yang segar walaupun sedikit asam, karena ada unsur belerang.
Ohhh....Kita hidup lagiiiiii...
Beberapa orang teman sedang bercengkarama, beberapa lainnya berkemas kemas  karena memang hari itu mereka berencana untuk turun. Aku bergabung dengan teman-teman rombongan pendaki dari Kota/Kab Solok dalam rangka pendakian bersama jalur baru itu. Setelah puas bercengkrama, kami pun mengadakan sedikit upacara dan doa bersama di camp 54. Disana aku mendapatkan banyak teman baru. 


Pukul 3 sore teman-teman rombongan pendakian bersama itu turun gunung, aku dan teman ku tetap tinggal satu hari. Gentar juga sebenarnya mengingat hanya dum kami yang tersisa di dataran yang seluas ini. 200 meter dari depan dum kami mengalir sebuah sungai kecil dengan air yang masih sedikit mengandung unsur belerang. Suara dedaunan yang menantang angin seperti suara pesawat jet tempur siap lepas landas, menemani keseharian kami. Aku mulai terbiasa dengan suasana di camp54. Aman. Nyaman. Tidak berisik seperti di perkotaan.

Aku mulai memasak, dari pagi aku dan Genta belum makan. Hahahahaha. Dia mulai mengambil gambar, aku memasak. Kemudian makan sambil menikmati suasana alam yang begitu syahdu. Kami bercerita tentang hidup, tentang masalah, tentang banyak sekali orang jahat dibawah sana, tentang kapan Indonesia tidak korupsi, tentang pariwisata Solok yang hanya dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Dan banyak lagi.

“Kabut tipis turun perlahan di lembah galau”
Hahahahahahahahahaha..
Pandangan mulai terhalang oleh kabut. Jarak pandang hanya 10 meter. Dan aku mulai sedikit gentar. Sampai keesokan haripun kabut masih betah bermain main di lembah camp 54. Kami bingung cara untuk turun gunung dengan suasana seperti ini. Pukul 9 pagi suasana masih berkabut. Satu jam,dua jam,tiga jam, dan empat jam kemudian barulah matahari menampakkan sinar nya memecah kabut. Kami pun packing bersiap siap untuk turun gunung.

Pukul 2 siang kami memulai perjalanan pulang melalui jalur baru pendakian dari Aia Batumbuak. Jalur ini belum pernah kami lewati sebelumnya, hanya berbekal tanda yang dibuat oleh teman-teman kemarin.  Kami berjalan pelan-pelan. Aku berjalan didepan dan Genta dibelakang. Hutan dipenuhi oleh pohon pandan berduri. 10 menit perjalanan aku mendengar bunyi gemerisik dedaunan didepan ku. Ku cari sumber suara. Dan ya Allah...disebelah kanan jalur yang akan kami lewati aku melihat seekor binatang yang sangat besar untuk ukuran babi hutan, berwarna hitam dan putih. Beruang kah itu?? Kuperhatikan lagi. Ya Allah itu memang beruang!! Aku kaget bukan main dan langsung menyerbu Genta. Aku panik!! Genta juga terlihat panik namun masih bisa menguasai keadaan. Dia langsung mencabut tramontina dari kerel. Suasana begitu mencekam. Aku takut. Takut jika binatang itu berbalik dan langsung menyerbu kami. Ya Allah. Aku membaca semua doa yang ku ingat. Genta berusaha mengusir binatang itu. Hushhh!!! Hush!!! Tramontina masih melekat erat ditangan Genta. Aku gemetar, ya Tuhan lindungi kami. Dan......Alhamdulillah Beruang itu pergi menjauh.

Aku masih gemetar, dan tetap waspada. Dalam hati berpikir kenapa tadi memilih pulang melewati jalur baru ini? Aku melanjutkan perjalanan dengan segudang ketakutan. Setiap kali melewati pohon tumbang atau turunan, aku selalu melihat kiri kanan. Banyak lubang bekas binatang yang kulihat. Jalanan cukup landai memang, seperti yang dikatakan teman-teman kemarin. Namun masih ada turunan yang curam dan membuat aku beberapa kali terpeleset. Bukan beberapa kali, tapi seringkali malah. Jalan setapak yang kami lewati sangat becek dan berlumpur. Ketakutan ku sudah mulai luntur ketika aku melihat cahaya mentari menembus sela sela dedaunan membentuk garis-garis cahaya keemasan yang sangat cantik sekali. Aku benar-benar menikmati suasana didalam hutan kali ini. Sangat menikmati.

Dan kemudian sampailah kami dikaki gunung, sudah banyak terlihat kebun masyarakat sekitar. Tampilan ku persis seperti seseorang yang pulang dari sawah ketimbang orang yang turun gunung. Sepatu ku sudah penuh dengan lumpur. Bokong celana ku penuh dengan lumpur. Daypack ku kotor. Keseringan terpeleset. Wuahahahahahaha.

Ketika sampai di Desa Aia Batumbuak, kami menapak sedikit lagi untuk mencapai jalan raya. Istirahat sejenak melepas lelah sambil makan sate di tepi jalan. Ternyata susah sekali mendapatkan angkutan kota untuk kembali ke Kota Solok. Cukup lama menanti, sampai akhirnya kami memutuskan untuk jalan kaki lagi ke simpang Lubuk selasih. Persimpangan, jika berbelok ke kanan kita akan sampai ke Kota Solok. Dan jika berbelok kekiri kita bisa sampai di Kota Padang. Dan belum lama berjalan kami melihat truk pengangkut bijih besi dari Alahan Panjang berhenti untuk memberikan tumpangan. Alhamdulillaaaahhhh. Kami bercerita dengan sopir truk sepanjang perjalanan. Dan ternyata sang sopir seusia dengan ku. Dia bertanya-tanya tentang gunung Talang, dan menceritakan pengalaman nya bertemu makhluk hutan seperti ular yag sebesar drum melintasi jalan, serta kijang yang dapat melangkahi truk yg ia bawa, dihutan Pasaman.

Perjalanan kali ini sungguh banyak memberikan pengalaman berharga bagiku, tentang kebersamaan. Ketegangan saat bertemu dengan binatang hutan yang benar-benar liar, dan pulang menaiki truk. Pertama kali dalam hidupku naik truk. Hahahahaha.
Sesampainya dirumah, ku peluk ibu. Ibu adalah orang yang selalu membuat ku kangen dimanapun berada. Seraya mengatakan.
“Ni kangen Ibu”
Aku bahagia dengan hidup ku. Dan aku bertekad, setelah perjalanan kali ini. Aku adalah Reni Fitria Nanda yang baru. Yang sangat menikmati hidup. Amin.
 silahkan lihat trailer nya disini yaaaaa...


2 komentar :