Perjalanan
kali ini membawaku ke sebuah tempat yang berlokasi sekitar 9 km dari kota Arosuka
ibukota kabupaten Solok, dan sekitar 40 km sebelah timur kota Padang,
dulu sering aku datangi, tapi dengan
suasana yang berbeda. Gunung Talang.
Perjalanan
ini selama 5 hari 4 malam, dari tanggal 12 – 16 Desember
2013. Ini bagiku adalah pendakian galau,wkwkwkwk... mendaki karena ingin
meninggalkan segala masalah di bawah sana. Pendakian kali ini aku ditemani oleh
seorang teman yang hebat, hampir seluruh gunung api di Indonesia pernah didaki
nya. Dan sekarang dia sedang menunggu kesempatan untuk menaiki gunung terakhir
yang belum dinaikinya, Gunung Jaya Wijaya. Papua!! Dia seorang bacpaker, filmaker, photografer
yang senang adventure. Kerja nya keluar masuk hutan. Terakhir ku tahu dia
menggarap film dokumenter yang berjudul orang rimba yang tak punya hutan. Dan
film itu masuk kedalam nominasi Piala Maya 2013. Cek trailler nya disini.
Ini
pendakian terlama untuk ku, kenapa jadi pendakian terlama? Karena untuk
mencapai puncak gunung kami membutuhkan waktu 3 hari lamanya. Huahahahahahaha.
“kita seloow ajaa..yang penting sampai puncak”.
Hari pertama kami camp di
air panas, pagi nya lanjut masuk hutan.
Aduuhhh maaakkk,,setelah 2 tahun tidak naik
gunung, perjalanan terasa panjang,dan beban di punggung ku terasa berat sekali (pertama
kali bawa beban berat :D).
Jam 5 sore kami sampai di
shelter 3,aku mulai merasakan suasana hutan. Bunyi angin yang menerpa dedaunan,
burung berkicau, dan suara serangga hutan lainnya. Ku letakkan daypack di tanah begitu saja.
Huuufff....bahuku terasa ringan sekali. Kuhirup udara dalam-dalam. Segar. Dan
udara seperti ini tidak akan kudapatkan di perkotaan. Kami bermalam dsana,
berharap dapat sunrise bagus keesokan harinya.
Keesokan harinya.
Jam 6 pagi begitu bangun
kami langsung berlari menuju cadas. Aku yakin, pasti kami melewatkan sunrise!! Daaaaan...Eng
iiiii eeeeeeng,,,benar saja sunrise pun terlewatkan...!!! Wakakakakakaka... Langit
tertutup awan. Yah..dari pada tidak sama sekali. Temanku pun mengabadikan pagi
itu dengan sahabat setianya. Kamera. Jepret!!!
Setelah selesai sarapan ala
gunung, :p kami melanjutkan perjalanan
sedikit lagi. Hari itu hari Sabtu. Sekitar jam 1 siang kami mendirikan
tenda d cadas. Dari sana aku bisa melihat luas nya dataran rendah. Aku mencari
cari kota kelahiran ku, dan... aku melihat bangunan kecil seperti setengah
lingkaran dengan empat buah pilar bewarna keemasan. Ituuuu...ituu Mesjid
Agung!! Ya ampuunn kelihatan dari sini.
Disana ada sebuah batu besar,
aku menaiki batu tersebut dan menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh alam.
Aku bisa melihat danau Diatas, danau
Dibawah, serta danau Talang yang telah ku posting sebelumnya. Angin membelai
wajah ku, kami duduk duduk seraya menikmati suasana sore dari puncak gunung
dengan segelas kopi susu. Damaiiiii sekali...
Ohya..sabtu itu ada
pendakian masal yang dilakukan oleh Pemda dari Kab/Kota Solok. Merintis jalur
pendakian baru lewat Aia Batumbuak. 80 orang pendaki melakukan pendakian hari
itu. Dan besok pagi kami berencana menyusul mereka ke camp 54.
Minggu pagi kami melanjutkan
perjalanan ke camp 54, pagi itu lagi2 kami kembali tidak mendapatkan sunrise
yang bagus. Tidak usah diceritakan ya, karena pagi itu tidak menarik sama
sekali. Lagi-lagi matahari tertutup awan. Dan ketika di puncak kami bertemu dengan
beberapa orang yang tergabung dalam kelompok pendakian bersama Kab/Kota solok
yang ku ceritakan tadi. Anehnya siang itu cuaca cerah sekali, kulayangkan pandangan ke sekeliling,
puncak gunung Talang ini aku bisa melihat pantai pariaman, Gunung Marapi,
Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Gunung Sago, Gunung Kerinci, Gunung
Situjuh, dan semuanya! Sejenak kami berhenti dipuncak untuk sekedar
berfoto-foto, dan istirahat sejenak sebelum turun ke camp 54.
Medan yang sedikit terjal
menyulitkan ku, untung beberapa batang pohon yang telah mati bisa menjadi
pegangan. Disana banyak sekali bunga padi. Tumbuh tak beraturan namun indah
dipandang. Aku tidak berfikir untuk segera memetik nya, dibawah pasti lebih
banyak lagi. Setelah turunan yang terjal kami bertemu daerah yang
landai,,berhenti sejenak untuk istirahat dan jalan lagi dengan medan yang
terjal dan menanjak. Dari puncak disana pun aku melihat lokasi camp 54 berwarna
warni dihiasi dum. Aku tidak sabar untuk segera sampai di camp54. Turunan
semakin terjal, aku merangkak untuk turun agar safety, medan yang berbatu batu
membuat ku sedikit ngeri. Beberapa kali batu batu itu terkena kaki ku dan jatuh
menggelinding.
Puas sekali ketika kaki ku
mencapai dataran camp 54. Disana sangat luas sekali teman, sangaaaaaaaat luas
sekali. Dan disana kuperkirakan dapat menampung sekitar 200 dum. Aku dan Genta
berlari menuju sumber air,dan langsung meneguk air yang segar walaupun sedikit
asam, karena ada unsur belerang.
Ohhh....Kita hidup
lagiiiiii...
Beberapa orang teman sedang
bercengkarama, beberapa lainnya berkemas kemas karena memang hari itu mereka berencana untuk
turun. Aku bergabung dengan teman-teman rombongan pendaki dari Kota/Kab Solok
dalam rangka pendakian bersama jalur baru itu. Setelah puas bercengkrama, kami
pun mengadakan sedikit upacara dan doa bersama di camp 54. Disana aku
mendapatkan banyak teman baru.
Pukul 3 sore teman-teman
rombongan pendakian bersama itu turun gunung, aku dan teman ku tetap tinggal
satu hari. Gentar juga sebenarnya mengingat hanya dum kami yang tersisa di
dataran yang seluas ini. 200 meter dari depan dum kami mengalir sebuah sungai
kecil dengan air yang masih sedikit mengandung unsur belerang. Suara dedaunan
yang menantang angin seperti suara pesawat jet tempur siap lepas landas,
menemani keseharian kami. Aku mulai terbiasa dengan suasana di camp54. Aman.
Nyaman. Tidak berisik seperti di perkotaan.
Aku mulai memasak, dari pagi
aku dan Genta belum makan. Hahahahaha. Dia mulai mengambil gambar, aku memasak.
Kemudian makan sambil menikmati suasana alam yang begitu syahdu. Kami bercerita
tentang hidup, tentang masalah, tentang banyak sekali orang jahat dibawah sana,
tentang kapan Indonesia tidak korupsi, tentang pariwisata Solok yang hanya
dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Dan banyak lagi.
“Kabut tipis turun perlahan
di lembah galau”
Hahahahahahahahahaha..
Pandangan mulai terhalang
oleh kabut. Jarak pandang hanya 10 meter. Dan aku mulai sedikit gentar. Sampai
keesokan haripun kabut masih betah bermain main di lembah camp 54. Kami bingung
cara untuk turun gunung dengan suasana seperti ini. Pukul 9 pagi suasana masih
berkabut. Satu jam,dua jam,tiga jam, dan empat jam kemudian barulah matahari
menampakkan sinar nya memecah kabut. Kami pun packing bersiap siap untuk turun
gunung.
Pukul 2 siang kami memulai
perjalanan pulang melalui jalur baru pendakian dari Aia Batumbuak. Jalur ini
belum pernah kami lewati sebelumnya, hanya berbekal tanda yang dibuat oleh
teman-teman kemarin. Kami berjalan
pelan-pelan. Aku berjalan didepan dan Genta dibelakang. Hutan dipenuhi oleh
pohon pandan berduri. 10 menit perjalanan aku mendengar bunyi gemerisik
dedaunan didepan ku. Ku cari sumber suara. Dan ya Allah...disebelah kanan jalur
yang akan kami lewati aku melihat seekor binatang yang sangat besar untuk
ukuran babi hutan, berwarna hitam dan putih. Beruang kah itu?? Kuperhatikan
lagi. Ya Allah itu memang beruang!! Aku kaget bukan main dan langsung menyerbu
Genta. Aku panik!! Genta juga terlihat panik namun masih bisa menguasai
keadaan. Dia langsung mencabut tramontina dari kerel. Suasana begitu mencekam.
Aku takut. Takut jika binatang itu berbalik dan langsung menyerbu kami. Ya
Allah. Aku membaca semua doa yang ku ingat. Genta berusaha mengusir binatang
itu. Hushhh!!! Hush!!! Tramontina masih melekat erat ditangan Genta. Aku
gemetar, ya Tuhan lindungi kami. Dan......Alhamdulillah Beruang itu pergi
menjauh.
Aku masih gemetar, dan tetap
waspada. Dalam hati berpikir kenapa tadi memilih pulang melewati jalur baru
ini? Aku melanjutkan perjalanan dengan segudang ketakutan. Setiap kali melewati
pohon tumbang atau turunan, aku selalu melihat kiri kanan. Banyak lubang bekas
binatang yang kulihat. Jalanan cukup landai memang, seperti yang dikatakan
teman-teman kemarin. Namun masih ada turunan yang curam dan membuat aku
beberapa kali terpeleset. Bukan beberapa kali, tapi seringkali malah. Jalan
setapak yang kami lewati sangat becek dan berlumpur. Ketakutan ku sudah mulai
luntur ketika aku melihat cahaya mentari menembus sela sela dedaunan membentuk
garis-garis cahaya keemasan yang sangat cantik sekali. Aku benar-benar
menikmati suasana didalam hutan kali ini. Sangat menikmati.
Dan kemudian sampailah kami
dikaki gunung, sudah banyak terlihat kebun masyarakat sekitar. Tampilan ku
persis seperti seseorang yang pulang dari sawah ketimbang orang yang turun
gunung. Sepatu ku sudah penuh dengan lumpur. Bokong celana ku penuh dengan lumpur.
Daypack ku kotor. Keseringan terpeleset. Wuahahahahahaha.
Ketika sampai di Desa Aia
Batumbuak, kami menapak sedikit lagi untuk mencapai jalan raya. Istirahat sejenak
melepas lelah sambil makan sate di tepi jalan. Ternyata susah sekali
mendapatkan angkutan kota untuk kembali ke Kota Solok. Cukup lama menanti,
sampai akhirnya kami memutuskan untuk jalan kaki lagi ke simpang Lubuk selasih.
Persimpangan, jika berbelok ke kanan kita akan sampai ke Kota Solok. Dan jika
berbelok kekiri kita bisa sampai di Kota Padang. Dan belum lama berjalan kami
melihat truk pengangkut bijih besi dari Alahan Panjang berhenti untuk
memberikan tumpangan. Alhamdulillaaaahhhh. Kami bercerita dengan sopir truk
sepanjang perjalanan. Dan ternyata sang sopir seusia dengan ku. Dia bertanya-tanya
tentang gunung Talang, dan menceritakan pengalaman nya bertemu makhluk hutan
seperti ular yag sebesar drum melintasi jalan, serta kijang yang dapat
melangkahi truk yg ia bawa, dihutan Pasaman.
Perjalanan kali ini sungguh
banyak memberikan pengalaman berharga bagiku, tentang kebersamaan. Ketegangan
saat bertemu dengan binatang hutan yang benar-benar liar, dan pulang menaiki
truk. Pertama kali dalam hidupku naik truk. Hahahahaha.
Sesampainya dirumah, ku
peluk ibu. Ibu adalah orang yang selalu membuat ku kangen dimanapun berada. Seraya
mengatakan.
“Ni kangen Ibu”
Aku bahagia dengan hidup ku.
Dan aku bertekad, setelah perjalanan kali ini. Aku adalah Reni Fitria Nanda
yang baru. Yang sangat menikmati hidup. Amin.
silahkan lihat trailer nya disini yaaaaa...
rancak perjalanan Ni,,,
BalasHapusMokasihhh Amir Hamzah..😊
Hapus