Jumat, 10 Januari 2014

Negeri Di Atas Awan Part 2



Ternyata aku tidak bisa tidur. Kantuk ku hilang entah kemana. Selain karena tanah dibawah dom ku bergelombang, aku juga tidak bisa menemukan posisi PW untuk tidur. Aku masih mencoba untuk tidur..masih mencoba..masih mencoba.. Arrgh!!  setelah 2 jam berusaha untuk tidur. Aku menyerah!! Aku keluar dari dom dan bergabung dengan Bang Hengky dan Uda Dedi yang ternyata tidak tidur. Mereka duduk duduk didekat api unggun. Sudah jam setengah 5. Aku memutuskan untuk tidak tidur dan menunggu matahari pagi 2014 bersama mereka.

Jam 5, kami mulai melihat semburat cahaya di ufuk timur. Aku, Bang Hengky, dan Uda Dedi bergegas menuju tempat yang tinggi. Aku mulai mengenali lokasi dimana kami mendirikan dom, dekat sekali dengan puncak. Jadi, kami tidak memerlukan perjalanan yang melelahkan lagi untuk berada di puncak. Kami berjalan sedikit lagi untuk mencapai posisi yang benar-benar pas menikmati sunrise pertama 2014. Namun sayang, sunrise pertama 2014 tertutup awan, kami hanya bisa melihat cahaya kuning berpendar dari balik balik awan.
 jam 5 pagi




Kami tidak mendapatkan sunrise, hanya dapat melihat Gunung Kerinci dari kejauhan. Semuanya tertutup awan. Aku merasa seperti berada diatas awan. Puncak Gunung Talang pada 1 Januari 2014 tertutup awan.

Kami kembali ke lokasi camp. Menu kami pagi itu adalah Roti bakar dan segelas kopmil. 


"Roti Bakar Unang" Kata bg Yudi,hahahahaha

Setalah makan dan istirahat sejenak karena tadi malam tidak bisa tidur, kami mulai menjelajahi gunung. Mencari setangkai edelweis untuk diberikan kepada yang tersayang (kalau punya sih,hahaha).

Sayang nya Restu, Ir, Uda Dedi, dan Bang Yudi turun gunung hari ini. Mereka bilang besok harus kerja. Yah mau gimana lagi. setelah makan siang dengan "Lontong Mie" ala Restu (Mie nya dicampur
ke nasi dan di aduk,weekk..hahahahaha. Si Restu ada-ada aja)
Mereka mulai packing. Dan sebelum berpisah kami mengabadikan dulu kebersamaan satu tahun yang telah kami lewati di Gunung Talang.:D
Dari kiri ke kanan. Bang Hengky, Aku, yang berdiri disebelah ku adikku Noval, disebelah Noval yang berjongkok adalah Bang Yudi,dan si Ir yang jongkok disebelah Bang Yudi. Bang Peki yang memakai baju berwarna merah, disebelahnya Restu yang memakai jaket berwarna biru. Dan Uda Dedi berdiri di antara Noval dan Restu


 Kami bertemu dengan banyak para pendaki lainnya yang turun gunung dan melewati lokasi camp kami pada hari itu, saling tegur sapa dan berkenalan.

ehh...ada yang kelaparan sampai makan, sisa lontong mie ala Restu dengan cabe giling mentah. setelah dicoba, ternyata lazzis jugaaa. wkwkwkwkwkwkwk,,,,
  rakus amat nyak..

oke,,takecare semuanyaaaa

Tinggal lah Aku, Bang Hengky, Bang Yudi, dan Noval. Selama kami duduk-duduk di lokasi camp, banyak sekali para pendaki yang turun gunung. Mungkin ada lebih dari 100 orang pendaki. Maklum, kami mendirikan dom di Jalur pendakian,,dan ada bagian curam didepan jalur yang membuat para pendaki harus berhenti sejenak untuk megambil ancang-ancang turun.



Sampai kepada pendaki terakhir yang turun dari puncak, mereka mengatakan sudah tidak ada lagi pendaki di puncak. "Kami yang terakhir". Itu berarti kami lah satu satu nya kelompok pendaki yang masih bertahan di gunung.

Persediaan air tinggal sedikit. Kami pun mencari sumber air. yang ku tahu sebelumnya, sumber air terdekat ada d Camp 54. Maka kami menjelajah. Ya, dari pada hanya duduk-duduk di depan dom. Kami berjalan ke arah camp 54, di puncak Talang kami melihat bekas api unggun. ada sedikit nya 5 titik bekas api, mereka (para pendaki) mendirikan dom benar-benar di puncak gunung. Akan gawat sekali jika terjadi badai. Lalu kemudian kami turun menyusuri jalan setapak yang terjal yang dipenuhi oleh bunga padi. 

 menuju puncak talang, dijalur kekiri itu banyak sekali bekas api unggun


 turunan sedikit terjal,banyak pohon yang telah mati dan bunga padi

Dibawah sana, kami melihat ada genangan air yang tidak kulihat pada pendakian ku sebelumnya. Seperti ada tumpahan minyak di permukaannya. Bang Hengky mengusulkan agar kami kesana. Tapi aku ragu, tidakkah air itu mengandung belerang? Karena lokasinya yang dekat sekali dengan kawah. 

semakin dekat dengan sumber air, berada di sebelah kanan, sayang tidak sempat difoto karena kabut.

Mendaki gunung, lewati lembah.....
hahahahahaha...
lagu itu cocok sekali sekarang. Kami naik...lalu turun... naik lagi..turun lagi, dan sampai lah pada tempat yang sedikit tinggi. Hmmm...bau belerang menyeruak kedalam hidung ku. Bahkan bau nya masih tercium walau aku telah memakai masker. Kami terus berjalan, memutari kawah dan sempat pula berfoto disana,wahahahaha...

kawah ada disebelah kiri.Jalur berbatu. Kabut itu adalah asap yang keluar dari kawah.


Nah, ini kawah di balik gunung. masih ada titik titik kawah lagi disini.


Kami kemudian sampai pada lokasi yang dituju.
Woooooooowwww!!! itu lah kata-kata pertama yang keluar dari mulut ku. Ada genangan air raksasa, semakin kami mendekat semakin jelas bahwa air nya jernih. Ada tumbuhan air didalamnya, itu berarti air ini tidak mengandung belerang. Ku coba meminum airnya, dan ohhhh..segar sekali. Tempat ini seperti telaga kecil yang dangkal. Bang Hengky mengatakan kalau dulu ada temannya disini yang membuat sumber air dengan menyusun bebatuan dan menggali tanah sekitar untuk menampung air hujan. Tapi dia tidak menyangka, tempat itu akan menjadi sebesar ini.



Kami seperti mendapat mainan baru, Noval dan Bang Peki segera mencuci wajah. Aku membuka sepatu dan segera masuk kedalam telaga kecil ini. Kami bermain-main air. Aku mengambil wudu', dan terpeleset dua kali didalam air. Itu cukup  membuat celana dan baju ku basah. Dingin sodara-sodara!! sangat dingin sekali.
 yeeiiiiiyyy..airnya segar sekalleeee...
Main aiiiirrrrr....
"Eiiiii jeeenk, eke dapat koin Rp. 200 disini. Mau eke simpan jenk,siapa tau bisa jadi jimat. wuakakakaka"

 Leader Kita neeeehhh...!!
 
Ada kejadian mengerikan terjadi saat kami berada disana. Mengerikan sekali, sampai-sampai aku benar-benar tidak ingin untuk mengingat nya lagi seumur hidup. Awalnya Noval mencium sesuatu yang berbau seperti bau kotoran manusia, saat kami akan gosok gigi. Aku sempat juga mencium bau nya, tapi aku berpikir mungkin itu bau belerang yang dibawa angin dari ujung sana. Aku gosok gigi. Ketika aku akan mengenakan sepatu kembali, aku melihat sosok mengerikan menatap ku dari balik semak-semak. Sosok kuning yang menjijikkan. Ya Ampuuuuuunnn!!! Kotoran manusia!! Ya Allah. Dan tadi aku gosok gigi didekat situ. Aku merasa jijik sekali, dan langsung muntah-muntah. Bang Peki, Noval dan Bang Hengky tertawa-tawa. arrgg!! Menjijikkan!! Hahahahaha. 

Pesan Moral : Untuk semua pendaki, kapan pun, di gunung manapun. Untuk tidak buang hajat sembarangan. Apalagi di Sumber air!!! Ini sumber air teman!! Sumber air!! Air nya akan kamu pakai untuk minum dan memasak makanan. Terkutuk lah mereka yang buang hajat disini. 

Setelah mengambil air untuk keperluan minum, tentunya disisi yang berbeda. Kami kembali pulang ke camp. Aku shalat Ashar sekaligus Shalat dzuhur di camp. Berdoa semoga kali ini kami dapat melihat sunrise yang cantik.  Kami kemudian bercengkrama di camp, bercerita tentang makhluk kuning menjijikkan tadi. Hahahaha. Ngaak habis pikir kenapa ada Pendaki yang seperti itu. Aku mulai memasak untuk makan siang kami. 

Tak terasa hari mulai sore, kami ke puncak untuk melihat sang surya tenggelam. Ohya, puncak Talang disini, seperti dipisahkan oleh sebuah retakan yang memanjang, Puncak yang satu lagi adalah puncak tempat kami menikmati sunrise tadi pagi. Antara itu dengan puncak tempat dimana kami camp, seperti dihubungkan oleh jembatan yang terbuat dari alam.

 Lama sekali rasanya menunggu tenggelamnya sang surya. Aku memperhatikan sekeliling, aku tidak bisa melihat dataran dibawah sana. Awan tebal bergulung-gulung, kemanapun kulayangkan pandangan yang kulihat adalah kumpulan awan, seperti berada di bawah ku. Semuanya tertutup oleh awan. Aku merasa  seperti berada di Negeri di Atas awan. Awan terlihat empuk sekali dari atas sini, andaikan bisa bermain main di atas awan seperti dalam cerita dongeng. Pasti akan sangat menyenangkan sekali!! Tapi itu kan hanya pengandaian, dan "Andai" adalah kata yang mewakili untuk hal yang tidak akan pernah terjadi. betul?. 

 Di ufuk barat sana kami melihat awan membentuk gugusan gugusan seperti pulau, ada yang seperti kapal laut, seperti pabrik yang terbakar, seperti helicopter, seperti badai tornado, dan banyak lagi. Hahahaha. Kami berimajinasi sesuka hati. Lama sekali menanti sang surya tenggelam. Dan aku masih berada di negeri di atas awan. Benar-benar merasa seperti berada di negeri di atas awan. Dan kemudian..semburat oranye pekat itu pun keluar. Sang surya mulai tenggelam, cahaya nya berpendar keseluruh awan. ya Allah cantik sekaliiii. Cantiiiik sekaliiii. Aku tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata. Silahkan teman Lihat sendiri.

Bukit diselimuti oleh awan yang bewarna merah, Aku belum pernah melihat yang seperti ini.

Matahari berwarna kemerahan menyala perlahan tenggelam di garis ufuk.

Ntahlah teman, aku benar-benar takjub saat itu. Ya Allah, benar benar indah ciptaan mu. Sunset dari puncak Gunung Talang. Indah sekali!! Cantik sekali!! Dan ketika kami masih takjub dengan pemandangan yang disuguhkan alam. Ada sekelompok pendaki yang datang,  katanya ingin langsung ke puncak yang berada d ujung. Puncak tempat kami dapat melihat sumber air tadi. Puncak itu terlihat dari tempat kami berdiri sekarang. Para pendaki sempat mengatakan kalau dibawah gerimis.

Tak berapa lama kemudian, aku mendengar salah seorang dari keempat pendaki itu menyerukan Adzan. Ya Allah. Aku merinding. Ini pertama kali nya di Puncak gunung aku mendengarkan adzan. Adzan! Dia Adzan disaat mentari mulai tenggelam dan menyisakan cahaya yang indah. Bahkan aku bisa melihat pantulan warna oranye kemerahan itu di tangan ku, dan diwajah teman-teman ku. Dia Adzan ketika Allah menunjukkan keindahan alamnya. Aku takjub sekali lagi. Aku merinding. Dan terlintas dalam benak ku untuk shalat berjamaah dengan mereka. Kapan lagi?? Kapan lagi bisa shalat berjamaah di Puncak gunung??? Aku dan adikku berteriak teriak memanggil mereka sambil melambaikan tangan. Namun tampak nya mereka tidak mengerti arti lambaian tangan ku. Cukup jauh jarak antara tempat kami berdiri dengan lokasi camp mereka. Dan tidak mungkin lagi jika kususul, karena kulihat mereka telah mengambil posisi untuk shalat. 

Ya sudahlah, aku memutuskan untuk shalat sendiri saja. Ada sebuah batu tidak jauh dari tempat kami berdiri, batu itu datar dan tadi aku tidak menyadari adanya batu itu. Aku kembali ke camp dan mengambil mukena, lalu shalat magrib di batu itu. Shalat ku terasa khusyuk sekali, dan saat mengucapkan ayat Al fatihah, airmata ku jatuh membasahi bumi. Belum selesai Allah menunjukkan kebesarannya padaku. Tepat setelah aku mengucapkan salam, aku melihat sesuatu di udara yang sekali lagi membuat ku merinding. Aku melihat awan.. berbentuk seseorang degan posisi seperti akan sujud, seseorang dengan sorban. Allahuakbar. Allah menunjukkan kebesarannya sekali lagi. Sekali lagi. Aku berteriak kepada teman-teman ku sambil menunjuk nunjuk ke arah awan itu. Bang Hengky kemudian mengambil gambar awan itu.

Mungkin tidak terlihat jelas, karena mulai gelap. Tapi aku dan ketiga orang teman ku melihat dengan jelas awan itu. Allahuakbar. Bahkan awan pun sujud kepada penciptanya, kenapa kita tidak? Mungkin Allah memberikan pesan kepada kami untuk tidak meninggalkan shalat. Karena hanya shalat lah penyelamat hidup didunia ini. Sebaik apapun kita, sebanyak apapun bersedekah, itu tidak akan pernah ada artinya jika kita sendiri tidak shalat. 

Kami kembali ke camp, aku kembali dengan perasaan yang tidak bisa kuungkapkan. Aku melanjutkan shalat, kujamak kan shalat Isya. Dari pada nanti wudu' ku batal. Selesai shalat aku berdoa, entah kenapa yang ada didalam bayangan ku adalah wajah Papa dan Ibu ku. Ibu.. Papa.. Aku bersyukur mereka menjadi orang tua ku. Airmata ku bercucuran. Mengingat semua kesalahan yang pernahku lakukan. Mengingat Allah selalu ada dan menunjukkan jalan untuk kembali kepada Nya. Dan aku semakin yakin, Allah sayang kepadaku, kepada semua hambanya. Termasuk kamu teman. :) 

Malam itu kami membuat kolak kolang kaling dengan buah pisang, namun karena mata yang sudah lelah, apalagi kemarin malam aku sama sekali tidak tidur, kolak itu terbengkalai saja didekat trangea, Wuahahahahaha. 

Aku membentangkan matras didekat api unggun, Noval sudah masuk kedalam dom. Ku ambil sleeping bag dan kemudian tidur di atas matras. Tidur ditempat terbuka seperti ini memang memberikan suasana yang berbeda. Ku dapat melihat bintang. Bang Hengy menghidup kan mp3 nya. Tak berapa lama aku terlelap, hanya sebentar karena Bang Hengky membangunkan ku. Menyuruh untuk masuk kedalam dom. Sleeping bag ku bolong terkena percikan bara kayu bakar. 

Pagi hari 2 Januari 2013. Aku dan Bang Hengky bersiap untuk menyongsong mentari. Berharap pagi ini kami mendapatkan sunrise. Dan ini lah hasil nya.

Kami menikmati sunrise pagi itu dengan segelas kopmil panas. Kolak yang kubuat tadi malam kami panas kan lagi. Dan kami makan kolak panas pagi itu.  Bang Hengky mulai menyalakan api unggun, aneh memang menyalakan api unggun pagi pagi begini, tapi cuaca yang mulai berkabut membuat kami harus melakukannya. Kemudian aku mulai memasak, tumis kangkung, tempe balado dengan bumbu campur sari (saos+kecap+bumbu kacang), serta sardine.

Saat aku asyik memasak, Bang Hengky, Noval, dan Bang Peki malah asyik membuat pisang bakar, Pisang bakar dengan bumbu mentega + saos cabe + kuah dari sardine yang kumasak. Noval yang paling gila ide nya, dia menambahkan meses keseluruh permukaan pisang. Alamakjaaaaang, kayak apa sih rasanya??? Eh...tapi enak lho. Pencampuran antara manis,pedas, dan asin dari mentega membuat pisang bakar lebih berwarna. Eh...?? hahahahaha.
Pisang bakar EXTREME ala copal,,hahahahaha


Enak, juga ternyata sodara-sodaraaaa!!!

Semua makanan telah siap untuk disantap!! Saatnya mengisi perut sebelum memulai perjalanan!!!
Sikon membuat saya harus makan langsung disana. wkwkwkwkwk

Aku puas sekali dengan pendakian ini, awalnya aku menggerutu karena lokasi camp yang kami dapatkan tidak sesuai dengan bayangan awal. Namun sekarang, malah aku sangat suka dengan posisi camp kami. Dan untuk pendakian selanjutnya, kami akan camp disana lagi. Walaupun di perjalan pulang aku kembali tergelincir, terpeleset entah beberapa kali. Aku puas!! Jalur sangat berlumpur, sangat sangat berlumpur. Sudah seperti kubangan. Mungkin itu karena banyak nya pendaki yang turun gunung, dan hujan yang mengguyur. Celana ku kotor, baju ku kotor. Yaahhh...sama seperti pendakian sebelumnya, baju dan celana ku kotor. Tapi aku mendapatkan banyak pelajaran berharga, tentang keagungan Allah, tentang kebesaran Allah, tentang Allah yang sayang dengan semua hambanya.



Dan yang paling berkesan dalam setiap pendakian adalah bertambahnya pengalaman, pembelajaran, kerabat dan kawan.



Dan yang paling membahagiakan … jika mendapatkan pasangan yang satu tujuan! Semoga saja. Amiiinn.

2 komentar :

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. wooooooooooooooooooooooooooooooooooooow

    keren buk,,,,,

    aku mau kesana ,tapi ngak mau nemui kejadian yg mengerikan yg kamu temui itu,,hahhahahaaaaa

    BalasHapus