Kamis, 09 Januari 2014

Negeri Di Atas Awan Part 1



 Berencana menikmati tahun baru di puncak gunung, maka aku berniat untuk mengulang pendakian ke Gunung Talang kembali. Padahal baru 2 minggu sebelumnya aku melakukan pendakian ke Gunung Talang. Aku sempat galau sehari sebelum hari H, antara Singgalang atau Talang. Karena kondisi gunung Marapi saat itu tidak  memungkinan untuk pendakian. Dan adikku tercinta Harse Noval, masih ujian tanggal 31 Desember 2013. Kalau mau keSinggalang sekurang-kurang nya tanggal 30 malam kami sudah berangkat. Maka aku memutuskan pendakian kali ini kembali ke Talang saja, lagipula adikku harse noval belum pernah sekali pun naik gunung.

Pukul 2 siang aku dan ke tujuh orang teman termasuk adikku, berangkat dari Solok menuju Nagari Bukit Sileh. Aku tidak mengenal keempat teman Bang Hengky, namun entah kenapa kami dengan cepat berbaur. Gunung bisa membangun silaturrahmi dan menambah teman. Oya, Kenagarian Bukit Sileh Merupakan ibu Kecamatan dari Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok. Nagari ini Berbatasan dengan Kenagarian Koto Laweh , Kenagarian Batu Bajanjang dan Kenagarian Kampung Batu Dalam. Dan di Bukit Sileh ini terdapat pasar rakyat Tipe B, yang ramainya pada setiap hari Jumat. Kami akan naik melalui jalur yang biasa, bukan jalur baru via Aia Batumbuak, yang kulalui ketika turun gunung pendakian kemarin. Karena terlalu jauh untuk mencapai puncak dari camp 54. Pendakian kemarin aku dan Genta tidak memiliki target, tapi kali ini target kami mendapatkan sunset dan sunrise.

Pukul setengah 4 kami sampai di bukit sileh, minta izin kepada “amak gunung”. Dan melanjutkan perjalanan. Talang I’m Comiiiiiiiing agaaiiinn....
3 orang lagi gak masuk :D

Kami memulai pendakian dengan doa bersama, dan kemudian mulai berjalan menyusuri kebun masyarakat. Pelan tapi pasti, Bang Hengky, Bang peki, dan Uda Dedi membawa kerel yang cukup tinggi, bebannya pasti berat. Sedangkan Aku, adikku Noval, Restu, Ir, bang Yudi membawa daypack kecil yang pasti bebannya tidak seberat kerel Bang Hengky, Bang peki, dan Uda Dedi. Hehehhehe. Jalan setapak yang telah disemen oleh warga terasa sulit kutempuh. Selain karena menanjak, juga karena beban daypack yang cukup berat. Aku lebih suka jalur tanah dari pada jalur yang telah disemen seperti ini. Terasa begitu terjal. Fiuhh...

10 menit perjalanan, kami berhenti. Bertemu dengan para pendaki dari berbagai daerah, ada yang dari Pekan Baru, Bukittinggi, Padang, Medan, dan dari Solok sendiri. Ternyata bukan hanya kami saja yang ingin melewatkan malam tahun baru di puncak gunung Talang. 

Dari tempat kami berdiri aku bisa melihat hamparan kebun warga, ada yang menanam bawang, kentang, wortel, seledri, kol, dan banyak macam nya lagi. Pasti penduduk disini tidak terlalu susah mencari sayuran segar untuk dimasak.

Semakin masuk kedalam hutan, semakin banyak kutemukan tumbuhan hutan. Banyak sekali tumbuhan hutan yang membuatku penasaran, ada yang seperti buah anggur, buah berry. Dan mereka memiliki warna yang sangat menggiurkan. Eiittt...tapi jangan sekali sekali untuk mencoba memakan tumbuhan hutan seperti ini. Bisa-bisa bibir jontor. Hahaha. Kita tidak tahu tumbuhan itu beracun atau tidak.

Mendaki gunung itu melelahkan memang, tapi ntah kenapa setiap kali ada jalanan yang menanjak dan aku harus merangkak untuk bisa naik, aku merasa seperti ada yang mendorong daypack ku agar aku tidak kesulitan. Awal nya kupikir teman di belakang ku yang melakukannya. Namun ketika suatu waktu kejadian itu terulang dan aku mendongak kebelakang, tidak ada seorang teman pun yang melakukannya. Saat itu yang berada dibelakang ku adalah Restu, jarak ku dengan restu 2 meter. Tidak mungkin dari jarak sejauh itu restu membantu mendorong daypack ku. Lalu siapa?

Hujan pun turun ketika kami sampai di shelter 2, hari semakin gelap. Aku lupa membawa raincoat, lupa membawa headlamp (jangan ditiru ya). Alamaaakkk. Kulihat jam tangan menunjukkan pukul 7 malam. Hujan semakin deras, dan baju yang kukenakan pun basah oleh air hujan. Aku menggigil karena hawa dalam hutan yang dingin. Terlalu lama berhenti ternyata malah membuat ku merasa semakin dingin, dan aku kemudian mengusulkan untuk segera melanjutkan perjalanan. Kami pun melanjutkan perjalanan.

Hujan yang tadi nya deras berangsur angsur reda dan berhenti. Kejadian mengagetkan terjadi saat kami baru saja sampai di shelter 3. Ada beberapa pohon disana, aku lihat di didekat sebuah pohon ada onggokan sampah yang mengeluarkan asap dan menyisakan api sedikit, seperti habis dibakar. Aku berpikir mungkin sebelumnya ada yang berhenti dan berusaha menyalakan api disana. Suasana hening. Sedetik kemudian, mendadak muncul kepala dari balik pohon tersebut. Astagfirullah!! Aku kaget. Berteriak. Dan langsung melompat kebelakang. Spontan semua teman ku terkejut dan ada juga yang berteriak.
“Aduh..maaf buk, saya mengagetkan. Saya orang kok”
 Sebuah suara terdengar dari sosok yang tadi membuat ku ketakutan setengah mati. Hahahahahaha..!! aku tertawa, temanku tertawa. Namun jantung ku masih berdegub kencang. Rupanya sosok kepala yang membuat ku ketakutan tadi sedang menunggu teman-temannya yang masih tertinggal dibawah. Dan dia itu, orang! Manusia! Ya tentu saja. Hahahahahaha.

Kami mengeluarkan snack, makan sedikit dan minum secukupnya. Tertawa tawa mengingat kejadian sebelumnya, dan kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak. Medan yang akan kami daki kali ini adalah cadas gunung, berbatu batu, curam, dan sangat terjal. Jika tidak hati-hati sedikit saja, nyawa taruhannya. Seperti kejadian 17 Agustus 2013 kemarin di Gunung Marapi, karena ingin memotong jalan lebih cepat untuk turun di cadas. Seorang siswa SMA asal Medan yang mengadakan upacara 17 Agustus di Marapi bersama teman-temannya, terpeleset dan jatuh berguling di cadas Marapi, dengan posisi kepala jatuh lebih dulu. Bayangkan lah, jatuh, dan bebatuan runcing lah yang menunggu dibawah. Dia akan terus terguling kebawah jika tubuhnya tidak ditahan oleh beberapa orang temannya. Dia mendapat luka yang sangat serius dibagian wajah. Namun, dia selamat dari maut.

Kami merangkak untuk terus naik, dan ketika berhenti ditempat yang sedikit datar. Aku melihat kebawah. Indahnya. Sekali lagi aku dapat melihat bintang tanah. Ya, bintang tanah. Kamu tau apa itu bintang tanah? Jika biasanya untuk melihat bintang kamu harus melihat ke atas, maka untuk melihat bintang tanah kamu harus berada ditempat yang tinggi dan melihat kebawah. Bintang tanah, tak kalah indahnya. Cobalah untuk melihatnya, jika kamu tidak percaya. J
Kami terus maju berharap dapat mendirikan dom sebelum tengah malam. Kami terus menanjak dan sampai lah pada lokasi dimana aku dan genta kemarin mendirikan dom. Lokasi dimana disana ada batu besar, dan dari batu itu kita bisa melihat tiga danau dengan jelas, seperti yang kuceritakan pendakian sebelumnya. Tapi rupanya disana telah berdiri satu dom, dan mereka (pemilik dom) mendirikan dom ditengah tengah lokasi. Tidak mungkin lagi bagi kami yang membawa 3 buah dom untuk mendirikan dom dsana. Cape deh. 

Bang Hengky dan Uda Dedi berfikir, aku duduk duduk sambil menahan dingin nya hawa gunung. Adikku sibuk foto-foto bersama Restu dan yang lainnya. Cukup lama kami berhenti. Sampai akhirnya Bang Hengky memutuskan untuk lanjut dan mencari tempat camp yang baru. Yaaaaa...kami jalan lagi sambil mencari-cari lokasi camp. Lalu diperjalanan kami bertemu dengan beberapa pendaki turun dari puncak, mereka mengatakan terlalu dingin udara di puncak gunung,mereka tidak sanggup dan akan camp di bawah saja. Ya, mereka adalah penduduk sekitar gunung. Naik gunung hanya berbekal logistik, jaket yang tidak terlalu tebal, dan matras, bahkan naik gunung tidak memakai sepatu, sendal pun tidak alias telanjang kaki. Hebat! Tapi penuh resiko! Jangan ditiru!

 Ada beberapa buah lokasi yang menjadi target, namun lokasinya berbatu, pasti tidak akan nyaman untuk mendirikan dom disana. Tibalah kami disebuah lokasi. Pada saat itu aku tidak tau dimana. Gelap. Sekeliling tertutup kabut. Tapi kata Bang Hengky, kami sudah bisa dikatakan berada di puncak gunung. Dan tempat itu lah akhirnya menjadi lokasi camp kami di pendakian kali ini. 
Tempat nya memang tidak terlalu datar, tapi ya mau gimana lagi. Kalau kami meneruskan pendakian ke puncak malam itu, berkemungkinan kami akan diguyur hujan sekali lagi. Dan berkemungkinan juga tidak akan mendapatkan tempat yang bagus, karena para pendaki tadi mengatakan bahwa,, puncak rameeeeeeeeeee!!!! 
 
Bang Hengky, Bang Peki, Bang Yudi dan Uda Dedi mendirikan dom. Aku menggerutu dalam hati. Kenapa sih, dapat lokasi camp jelek kayak gini? Gak kayak naik gunung 2 minggu yang lalu, udah tempat nya datar. Bisa lihat pemandangan ke bawah. Bisa lihat danau. Disini..? Apa nih yang mau dilihat disini? Sekeliling dedaunan!! Aku naik gunung kan mau lihat pesta kembang api dari atas sini?? Aaaarrrrgghh!!!
Rasa kesal memenuhi hati ku, aku duduk duduk meluruskan kaki. Masih sambil menggerutu. Sedetik kemudian aku sadar, pasti Allah punya rencana mengapa malam ini kami sampai disini, inilah tempat terbaik untuk ku mendirikan dom. Aku mencoba memahami itu. Walaupun masih sedikit menyesal mengapa tadi dibawah, kami tidak meminta pendaki yang mendirikan tenda di tengah-tengah lokasi camp  untuk memindahkan dom nya agak sedikit kepinggir. 

Tiga dom sudah berdiri tegak, walaupun ada yang sedikit miring dengan tanah yang bergelombang. hahaha. Smua perlengkapan sudah dimasukkan kedalam dom. Bang Hengky mulai membuat api unggun, untung disana banyak kayu kering jadi kami tidak terlalu susah mencari kayu untuk dibakar dan tidak menebang pohon yang masih hidup.
Jam menunjukkan pukul 11 malam, sebentar lagi pergantian tahun. Aku ingat, aku membawa jagung mentah untuk dibakar. Maka malam itu kami bakar jagung sambil menunggu pergantian tahun. Hmmmm, kapan lagi coba??? 


Ehhh...ada yang mendengkur??? Siapa..?? siapa..?? Huahahahaha...ternyata si Ir udah tidur duluan didalam dom, kecapekan mungkin. Karena dari pandan baduri sampai puncak, dia gantian membawa kerel yang dibawa Bang Hengky yang beraaaaattt sekali. Perdana toooo. Hahahahahaha.
Kami masih asyik makan jagung bakar dengan olesan saos cabe. Pedas! Tapi di hawa yang dingin seperti ini memang enaknya makan makanan yang pedas-pedas. Bintang mulai muncul dari balik kabut. Kami mulai bisa melihat kerlap kerlip bintang tanah dibawah sana. Dibelakang dom kami ternyata juga menyuguhkan pemandangan yang indah, hamparan bintang tanah membentuk barisan yang rapi.  Bang Hengky bilang itu pantai pariaman. Wow!

Satu menit lagi pergantian tahun, kami bersiap-siap. Noval mengeluarkan mercon. kami membawa 4 batang mercon. Saat akan membakar mercon, dari arah camp 54 terlihat letusan mercon di udara. Wahhh..keduluan. Lima kali letusan di udara. Kami menunggu mercon yang kedua, namun sunyi. Hanya satu mercon yang mereka ledakkan. 

Jeeeng.!! Jeeeeeeng!! Saat nya kami beraksi!! 


syuuuuuuung,,,DUAR!!! syuuuuuuuung..DUAR!! Lima kali letusan!!
SELAMAT TAHUN BARUUUU!!!!
Satu Persatu mercon kami ledakkan!!
Indah sekalli melihat letusan kembang api diudara, namun mata ku perih terkena serbuk mesiu, tidak tahan lama-lama melihat ke atas.



Satu persatu teman memasuki dom, Aku, Bang Hengky, Restu, dan Uda Dedi masih duduk - duduk diluar menikmati suasana malam. Aku melamun, memikirkan segala kekurangan ku di tahun 2013. Aku berdoa, semoga di Tahun 2014 ini aku bisa lebih baik.
Ngantuk mulai menyerang, aku permisi untuk masuk ke dalam dom. Noval sudah duluan tidur.
Semoga besok kami mendapatkan Sunrise yang bagus. Amin.

4 komentar :

  1. HOBBY kakak keren sekali kakak :D
    like this :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheehe..makasiiih deekk... naik gunung?? yuukkk dicoba, ^^

      Hapus
  2. kakak..................................kakakaka

    BalasHapus
  3. Kembalilah menulis krn akan jd inspirasi bagi banyak orang bahwa alam adalah sahabat kita.

    BalasHapus