Berencana
menikmati tahun baru di puncak gunung, maka aku berniat untuk mengulang
pendakian ke Gunung Talang kembali. Padahal baru 2 minggu sebelumnya aku melakukan
pendakian ke Gunung Talang. Aku sempat galau sehari sebelum hari H, antara
Singgalang atau Talang. Karena kondisi gunung Marapi saat itu tidak memungkinan untuk pendakian. Dan adikku
tercinta Harse Noval, masih ujian tanggal 31 Desember 2013. Kalau mau
keSinggalang sekurang-kurang nya tanggal 30 malam kami sudah berangkat. Maka
aku memutuskan pendakian kali ini kembali ke Talang saja, lagipula adikku harse
noval belum pernah sekali pun naik gunung.
Pukul 2 siang aku dan ke
tujuh orang teman termasuk adikku, berangkat dari Solok menuju Nagari Bukit
Sileh. Aku tidak mengenal keempat teman Bang Hengky, namun entah kenapa kami
dengan cepat berbaur. Gunung bisa membangun silaturrahmi dan menambah teman. Oya,
Kenagarian Bukit Sileh Merupakan ibu Kecamatan dari Kecamatan Lembang Jaya
Kabupaten Solok. Nagari ini Berbatasan dengan Kenagarian Koto Laweh ,
Kenagarian Batu Bajanjang dan Kenagarian Kampung Batu Dalam. Dan di Bukit Sileh
ini terdapat pasar rakyat Tipe B, yang ramainya pada setiap hari Jumat. Kami
akan naik melalui jalur yang biasa, bukan jalur baru via Aia Batumbuak, yang
kulalui ketika turun gunung pendakian kemarin. Karena terlalu jauh untuk
mencapai puncak dari camp 54. Pendakian kemarin aku dan Genta tidak memiliki
target, tapi kali ini target kami mendapatkan sunset dan sunrise.
Pukul setengah 4 kami sampai
di bukit sileh, minta izin kepada “amak gunung”. Dan melanjutkan perjalanan.
Talang I’m Comiiiiiiiing agaaiiinn....
3 orang lagi gak masuk :D
Kami memulai pendakian
dengan doa bersama, dan kemudian mulai berjalan menyusuri kebun masyarakat.
Pelan tapi pasti, Bang Hengky, Bang peki, dan Uda Dedi membawa kerel yang cukup
tinggi, bebannya pasti berat. Sedangkan Aku, adikku Noval, Restu, Ir, bang Yudi
membawa daypack kecil yang pasti bebannya tidak seberat kerel Bang Hengky, Bang
peki, dan Uda Dedi. Hehehhehe. Jalan setapak yang telah disemen oleh warga
terasa sulit kutempuh. Selain karena menanjak, juga karena beban daypack yang
cukup berat. Aku lebih suka jalur tanah dari pada jalur yang telah disemen
seperti ini. Terasa begitu terjal. Fiuhh...
10 menit perjalanan, kami
berhenti. Bertemu dengan para pendaki dari berbagai daerah, ada yang dari Pekan
Baru, Bukittinggi, Padang, Medan, dan dari Solok sendiri. Ternyata bukan hanya
kami saja yang ingin melewatkan malam tahun baru di puncak gunung Talang.
Dari tempat kami berdiri aku
bisa melihat hamparan kebun warga, ada yang menanam bawang, kentang, wortel,
seledri, kol, dan banyak macam nya lagi. Pasti penduduk disini tidak terlalu
susah mencari sayuran segar untuk dimasak.
Semakin masuk kedalam hutan,
semakin banyak kutemukan tumbuhan hutan. Banyak sekali tumbuhan hutan yang
membuatku penasaran, ada yang seperti buah anggur, buah berry. Dan mereka
memiliki warna yang sangat menggiurkan. Eiittt...tapi jangan sekali sekali
untuk mencoba memakan tumbuhan hutan seperti ini. Bisa-bisa bibir jontor.
Hahaha. Kita tidak tahu tumbuhan itu beracun atau tidak.
Mendaki gunung itu
melelahkan memang, tapi ntah kenapa setiap kali ada jalanan yang menanjak dan
aku harus merangkak untuk bisa naik, aku merasa seperti ada yang mendorong
daypack ku agar aku tidak kesulitan. Awal nya kupikir teman di belakang ku yang
melakukannya. Namun ketika suatu waktu kejadian itu terulang dan aku mendongak
kebelakang, tidak ada seorang teman pun yang melakukannya. Saat itu yang berada
dibelakang ku adalah Restu, jarak ku dengan restu 2 meter. Tidak mungkin dari
jarak sejauh itu restu membantu mendorong daypack ku. Lalu siapa?
Hujan pun turun ketika kami
sampai di shelter 2, hari semakin gelap. Aku lupa membawa raincoat, lupa
membawa headlamp (jangan ditiru ya). Alamaaakkk. Kulihat jam tangan menunjukkan
pukul 7 malam. Hujan semakin deras, dan baju yang kukenakan pun basah oleh air
hujan. Aku menggigil karena hawa dalam hutan yang dingin. Terlalu lama berhenti
ternyata malah membuat ku merasa semakin dingin, dan aku kemudian mengusulkan
untuk segera melanjutkan perjalanan. Kami pun melanjutkan perjalanan.
Hujan yang tadi nya deras
berangsur angsur reda dan berhenti. Kejadian mengagetkan terjadi saat kami baru
saja sampai di shelter 3. Ada beberapa pohon disana, aku lihat di didekat
sebuah pohon ada onggokan sampah yang mengeluarkan asap dan menyisakan api
sedikit, seperti habis dibakar. Aku berpikir mungkin sebelumnya ada yang berhenti
dan berusaha menyalakan api disana. Suasana hening. Sedetik kemudian, mendadak
muncul kepala dari balik pohon tersebut. Astagfirullah!! Aku kaget. Berteriak. Dan
langsung melompat kebelakang. Spontan semua teman ku terkejut dan ada juga yang
berteriak.
“Aduh..maaf buk, saya
mengagetkan. Saya orang kok”
Sebuah suara terdengar dari sosok yang tadi membuat
ku ketakutan setengah mati. Hahahahahaha..!! aku tertawa, temanku tertawa. Namun
jantung ku masih berdegub kencang. Rupanya sosok kepala yang membuat ku
ketakutan tadi sedang menunggu teman-temannya yang masih tertinggal dibawah. Dan
dia itu, orang! Manusia! Ya tentu saja. Hahahahahaha.
Kami mengeluarkan snack,
makan sedikit dan minum secukupnya. Tertawa tawa mengingat kejadian sebelumnya,
dan kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak. Medan yang akan kami daki
kali ini adalah cadas gunung, berbatu batu, curam, dan sangat terjal. Jika tidak
hati-hati sedikit saja, nyawa taruhannya. Seperti kejadian 17 Agustus 2013
kemarin di Gunung Marapi, karena ingin memotong jalan lebih cepat untuk turun
di cadas. Seorang siswa SMA asal Medan yang mengadakan upacara 17 Agustus di
Marapi bersama teman-temannya, terpeleset dan jatuh berguling di cadas Marapi,
dengan posisi kepala jatuh lebih dulu. Bayangkan lah, jatuh, dan bebatuan
runcing lah yang menunggu dibawah. Dia akan terus terguling kebawah jika
tubuhnya tidak ditahan oleh beberapa orang temannya. Dia mendapat luka yang
sangat serius dibagian wajah. Namun, dia selamat dari maut.
Kami
merangkak untuk terus naik, dan ketika berhenti ditempat yang sedikit datar. Aku melihat
kebawah. Indahnya. Sekali lagi aku dapat melihat bintang tanah. Ya, bintang
tanah. Kamu tau apa itu bintang tanah? Jika biasanya untuk melihat bintang kamu
harus melihat ke atas, maka untuk melihat bintang tanah kamu harus berada
ditempat yang tinggi dan melihat kebawah. Bintang tanah, tak kalah indahnya. Cobalah
untuk melihatnya, jika kamu tidak percaya. J
Kami
terus maju berharap dapat mendirikan dom sebelum tengah malam. Kami terus
menanjak dan sampai lah pada lokasi dimana aku dan genta kemarin mendirikan
dom. Lokasi dimana disana ada batu besar, dan dari batu itu kita bisa melihat
tiga danau dengan jelas, seperti yang kuceritakan pendakian sebelumnya. Tapi rupanya
disana telah berdiri satu dom, dan mereka (pemilik dom) mendirikan dom ditengah
tengah lokasi. Tidak mungkin lagi bagi kami yang membawa 3 buah dom untuk
mendirikan dom dsana. Cape deh.
Bang
Hengky dan Uda Dedi berfikir, aku duduk duduk sambil menahan dingin nya hawa
gunung. Adikku sibuk foto-foto bersama Restu dan yang lainnya. Cukup lama kami
berhenti. Sampai akhirnya Bang Hengky memutuskan untuk lanjut dan mencari
tempat camp yang baru. Yaaaaa...kami jalan lagi sambil mencari-cari lokasi
camp. Lalu diperjalanan kami bertemu dengan beberapa pendaki turun dari puncak,
mereka mengatakan terlalu dingin udara di puncak gunung,mereka tidak sanggup
dan akan camp di bawah saja. Ya, mereka adalah penduduk sekitar gunung. Naik gunung
hanya berbekal logistik, jaket yang tidak terlalu tebal, dan matras, bahkan
naik gunung tidak memakai sepatu, sendal pun tidak alias telanjang kaki. Hebat!
Tapi penuh resiko! Jangan ditiru!
Ada beberapa buah lokasi yang menjadi target, namun
lokasinya berbatu, pasti tidak akan nyaman untuk mendirikan dom disana. Tibalah
kami disebuah lokasi. Pada saat itu aku tidak tau dimana. Gelap. Sekeliling tertutup
kabut. Tapi kata Bang Hengky, kami sudah bisa dikatakan berada di puncak
gunung. Dan tempat itu lah akhirnya menjadi lokasi camp kami di pendakian kali
ini.
Tempat
nya memang tidak terlalu datar, tapi ya mau gimana lagi. Kalau kami meneruskan
pendakian ke puncak malam itu, berkemungkinan kami akan diguyur hujan sekali
lagi. Dan berkemungkinan juga tidak akan mendapatkan tempat yang bagus, karena
para pendaki tadi mengatakan bahwa,, puncak rameeeeeeeeeee!!!!
Bang Hengky, Bang Peki, Bang Yudi dan Uda Dedi
mendirikan dom. Aku menggerutu dalam hati. Kenapa sih, dapat lokasi camp jelek
kayak gini? Gak kayak naik gunung 2 minggu yang lalu, udah tempat nya datar. Bisa
lihat pemandangan ke bawah. Bisa lihat danau. Disini..? Apa nih yang mau
dilihat disini? Sekeliling dedaunan!! Aku naik gunung kan mau lihat pesta
kembang api dari atas sini?? Aaaarrrrgghh!!!
Rasa
kesal memenuhi hati ku, aku duduk duduk meluruskan kaki. Masih sambil
menggerutu. Sedetik kemudian aku sadar, pasti Allah punya rencana mengapa malam
ini kami sampai disini, inilah tempat terbaik untuk ku mendirikan dom. Aku mencoba
memahami itu. Walaupun masih sedikit menyesal mengapa tadi dibawah, kami tidak
meminta pendaki yang mendirikan tenda di tengah-tengah lokasi camp untuk memindahkan dom nya agak sedikit
kepinggir.
Tiga
dom sudah berdiri tegak, walaupun ada yang sedikit miring dengan tanah yang
bergelombang. hahaha. Smua perlengkapan sudah dimasukkan kedalam dom. Bang Hengky
mulai membuat api unggun, untung disana banyak kayu kering jadi kami tidak
terlalu susah mencari kayu untuk dibakar dan tidak menebang pohon yang masih
hidup.
Jam
menunjukkan pukul 11 malam, sebentar lagi pergantian tahun. Aku ingat, aku
membawa jagung mentah untuk dibakar. Maka malam itu kami bakar jagung sambil
menunggu pergantian tahun. Hmmmm, kapan lagi coba???
Ehhh...ada yang
mendengkur??? Siapa..?? siapa..?? Huahahahaha...ternyata si Ir udah tidur
duluan didalam dom, kecapekan mungkin. Karena dari pandan baduri sampai puncak,
dia gantian membawa kerel yang dibawa Bang Hengky yang beraaaaattt sekali.
Perdana toooo. Hahahahahaha.
Kami
masih asyik makan jagung bakar dengan olesan saos cabe. Pedas! Tapi di hawa
yang dingin seperti ini memang enaknya makan makanan yang pedas-pedas. Bintang mulai
muncul dari balik kabut. Kami mulai bisa melihat kerlap kerlip bintang tanah
dibawah sana. Dibelakang dom kami ternyata juga menyuguhkan pemandangan yang
indah, hamparan bintang tanah membentuk barisan yang rapi. Bang Hengky bilang itu pantai pariaman. Wow!
Satu
menit lagi pergantian tahun, kami bersiap-siap. Noval mengeluarkan mercon. kami membawa 4 batang mercon. Saat
akan membakar mercon, dari arah camp 54 terlihat letusan mercon di udara. Wahhh..keduluan.
Lima kali letusan di udara. Kami menunggu mercon yang kedua, namun sunyi. Hanya satu mercon yang mereka ledakkan.
Jeeeng.!! Jeeeeeeng!! Saat nya kami beraksi!!
syuuuuuuung,,,DUAR!!! syuuuuuuuung..DUAR!! Lima kali letusan!!
SELAMAT TAHUN BARUUUU!!!!
Satu Persatu mercon kami ledakkan!!
Indah sekalli melihat letusan kembang api diudara, namun mata ku perih terkena serbuk mesiu, tidak tahan lama-lama melihat ke atas.
Satu persatu teman memasuki dom, Aku, Bang Hengky, Restu, dan Uda Dedi masih duduk - duduk diluar menikmati suasana malam. Aku melamun, memikirkan segala kekurangan ku di tahun 2013. Aku berdoa, semoga di Tahun 2014 ini aku bisa lebih baik.
Ngantuk mulai menyerang, aku permisi untuk masuk ke dalam dom. Noval sudah duluan tidur.
Semoga besok kami mendapatkan Sunrise yang bagus. Amin.
Semoga besok kami mendapatkan Sunrise yang bagus. Amin.
HOBBY kakak keren sekali kakak :D
BalasHapuslike this :)
heheehe..makasiiih deekk... naik gunung?? yuukkk dicoba, ^^
Hapuskakak..................................kakakaka
BalasHapusKembalilah menulis krn akan jd inspirasi bagi banyak orang bahwa alam adalah sahabat kita.
BalasHapus